MANADO – Provinsi Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi penghasil komoditi cengkih kwalitas atas yang saat ini sedang memasuki panen raya, namun salah satu maslah klasik yang kerap dialami petani cengkih adalah harga anjlok.
Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI) Sulut mencurigai adanya keterlibatan spekulan cengkih khususnya pada tingkatan pembeli atau penampung yang sengaja memanfaatkan minimnya dana pra panen para petani.
Pimpinan APCI Sulut, Tony Mukuan dan Paulus Sembel menyarankan beberapa langkah jitu yang harus dilakukan para petani cengkih.
Langkah tegas yang harus dilakukan adalah, petani menahan diri tidak menjual cengkihnya pada saat harga jatuh dipasaran.
“Dipastikan selesai panen raya cengkih akan naik berada diatas seratus ribu per kg kering. Kalau sekedar ongkos panen bisa dilakukan berbagai cara untuk mensiasati agar Cengkih yang ada ditangan petani tidak dijual keseluruhannya,” kata Sembel
Wakil Ketua APCI Sulut Paulus Sembel berpendapat situasi ini sangat memiriskan bagi petani cengkih sulut yang membuat kerugian besar bagi petani.
"Kalau sekarang jatuh sampai pada harga Rp. 94-95 ribu dipasaran tentunya sangat memiriskan sebab ongkos produksi saja sering tidak menutupi harga yang ada. Kelemahan dana pra panen pada petani justru dimanfaatkan para spekulan dilapangan untuk memainkan harga sampai pada batas yang sangat tidak wajar,” tegas Sembel.
Penegasan juga disampaikan oleh ketua APCI Tony Mukuan bahwa dengan harga yang tidak normal ini, diharapkan juga agar petani Cengkih tidak terjebak dengan isu harga rokok yang akan melambung tinggi. Kami berharap mafia Cengkih tidak bermain disaat para petani Cengkih sangat membutuhkan 'petolongan' dalam meningkatkan kesejahteraannya.
"APCI bukan penentu harga tapi sebagai lembaga perjuangan moral untuk petani Cengkih, akan berupaya menfasilitasi penjualan cengkih petani ke perusahaan rokok dengan harga yang wajar jika para Petani bisa menahan cengkihnya sampai selesai panen dan telah melalui proses pengeringan," tandas Mukuan.(Obe)