MANADO - Harga cabe atau rica di Sulut melonjak tinggi mencapai Rp120 ribu/kg banyak persulit warga Sulut, Komisi II DPRD Sulut mengambil tindakan dengan menjadwalkan pertemuan dengan beberapa intansi pemerintah provinsi terkait mencari solusi permanen terhadap persoalan tersebut.
Anggota Komisi II Teddy Kumaat lebih memikirkan cara dengan menjadikan rica sebagai komoditi pasaran dengan tujuan mengontrol pasar.
"Jika masuk sebagai Komoditi, akan ada persamaan harga di pasar nasional sehingga dapat minimalisir permainan pasar, namun langkah cepat yang akan dilakukan Komisi II adalah dengan pemanggilan terhadap dinas pertanian dan perkebunan serta Dinas perdagangan," tegas Kumaat diruang kerjanya Senin (13/3/2017).
Penegasan juga dikatakan oleh anggota komisi II Affan Mokodongan yang menitik beratkan pada kreatifitas dan inovasi dinas pertanian.
"Persoalan ini dari tahun ketahun sejak dulu begini terus, diawal tahun harga cabe merah ini selalu naik tinggi tapi herannya tidak ada langkah strategis dari instansi terkait, terbosan dan inovasi penyelesaian masalah tidak ada, persoala itu-itu saja tapi tidak pernah ada langkah tepat mengatasinya," ungkap Affan Mokodongan.
Sementara itu, ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Sulut Lexy Solang menilai persoalan harga rica ini seharusnya ada pembelajaran dari pihak pemerintah dan petani.
"Petani dan pemerintah harusnya bisa mempelajari alam dan tekstur tanah yang ada, karena setiap tanaman yang ada selalu berhubungan dengan cuaca, pertengahan tahun seharusnya sistim pembibitan rica ditambah volumenya sehingga mengatasi kebutuhan pasar," ungkap Solang yang juga mantan anggota DPRD Sulut periode 20009-2014.
Pemerintah daerah menurut Solang juga dituntut untuk lebih proaktif dan membuka mata dengan persoalan ini demi kepentingan petani dan kebutuhan pasar.
"Sulut memiliki bibit rica yang kwalitas bagus, kenapa tidak melakukan pengadaan bibit rica yang bisa dijadikan nilai tambah bagi petani. Sulut bisa jadi suplier bibit rica ke petani luar provinsi sehingga harga pasar tidak akan selalu melonjak dan dimanfaatkan petani berdasi," tandasnya.(Obe)