MINSEL - Partai Amanat Nasional (PAN) Sulut sejak tampuk kepemimpinan dibawah kendali Sehand Landjar tak henti dari gesekan politik, yang berujung pada mundur "masal" yang dilakukan oleh kader partai.
Sejak beberapa waktu terakhir ini, sejumlah petinggi dan pengurus dari tingkatan provinsi sampai ke kabupaten/kota menyatakan mundur dari PAN dengan alasan ketidak mampuan Sehand Landjar menjalankan roda partai.
Gretha Silvana Ngau, Ketua PAN Minahasa Selatan (Minsel) bersama Irianti Mahadi, SH mundur dari jabatan Sekretaris KPPW PAN Sulut, begitu pula Sri Ade Ngali, SH melepaskan jabatan sebagai Wakil Sekretaris DPW PAN Sulut dan ada juga Riva Tompodung, S.Sos, Wakil Bendahara PAN Sulut pun memundurkan diri.
Menurut Gretha Ngau, pengunduran diri tersebut lebih pada rasa kecewa atas kepemimpinan Sehand Landjar atau kerap disapa Eyang yang dinilai tak mumpuni dalam pengambilan keputusan dan menangkap aspirasi dari petinggi partai PAN ditingkat kabupaten/kota.
"Eyang tak mampu mengamankan amanat partai, contohnya dalam perhelatan Pilkada yang berlangsung di 6 kabupaten/kota. Padahal PAN memiliki figur-figur yang mampu bertarung,tapi justru lebih memilih memposisikan sebagai partai "pengembira" dengan memberikan SK dukungan ke calon partai lain," tegas Ngau, Jumat (2/2/2018) via phonsel kepada Redaksisatu.Com.
Dengan beberapa pertimbangan, Gretha Ngau menyatakan mengundurkan diri dari Ketua DPD PAN Kab Minsel.
"Oleh karena ketua DPW PAN sulut tidak mampu merangkul kader kader partai sehingga partai PAN sulut semakin berantakan oleh karena banyak kader dari DPW dan DPD telah mengundurkan diri ,saya menilai ketua DPW tidak mampu membawa PAN lebih baik kedepan sehingga partai tidak mampu bersinergi dengan masyrakat,"tandas Srikandi Politik Minsel ini.(Obe)