MANADO - Terungkap panen petani padi Sulut menurun drastis yang berdampak pada program swasembada pangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut dalam Rapat Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Irigasi.
Dalam pembahasan beberapa waktu lalu, anggota Pansus Jems Tuuk mengungkap panen petani padi 3 sampai 4 kali setahun turun drastis.
"Urgensinya Ranperda irigasi ini karena melihat kebutuhan petani. Saat ini dari penuturan petani padi biasanya panen 3 sampai 4 kali dalam setahun,kini maksimalnya hanya 1,5 kali setahun," lugas Putra Bogani ini.
Tuuk menjelaskan saat tim Pansus cek on the spot didapati alasan utamanya adalah ketersediaan air.
"Urgensinya Perda irigasi ini akan menjadi solusi," ungkap politisi PDIP Sulut ini.
Selain itu, petani tomat dan sejenisnya juga mengalami persoalan yang sama.
"Di Bolmong Raya para petani ini banyak yang menggunakan metode irigasi tetes dan dapati memenuhi kebutuhan warga," kata Tuuk yang juga anggota Komisi II.
Karena itu Tuuk bersikukuh agar sistim irigasi tetes dimasukan menjadi bagian dari Ranperda tersebut.
"Jika irigasi tetes ini dilakukan maka gubernur Sulut akan menjadi kepala daerah satu-satunya kepala daerah yang menjalankan irigasi tetes yang akan menjadi lompatan besar bagi sektor pertanian," lugasnya.
Menanggapi ini, Ketua Pansus Irigasi Amir Liputo meminta agar Pemprov Sulut mencari solusi agar bisa dimasukan kedalam Ranperda tersebut.
"Irigasi tetes ini bisa jadi solusi untuk daerah-daerah yang kesulitan air. Kita bisa mencarikan cantolan hukumnya untuk bisa diakomodir masuk kedalam perda irigasi," tandas Liputo sembari berharap Ranperda ini selesai dalam jangka waktu dua bulan.(Obe)
"Irigasi tetes ini bisa jadi solusi untuk daerah-daerah yang kesulitan air. Kita bisa mencarikan cantolan hukumnya untuk bisa diakomodir masuk kedalam perda irigasi," tandas Liputo sembari berharap Ranperda ini selesai dalam jangka waktu dua bulan.(Obe)