MINSEL - Pengucapan syukur pada tahun 2022 ini sangat berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum adanya Pendemi Covid-19, apa lagi pengucapan syukur ini dilaksankan pada bulan September dirangkaikan dengan hari ulang tahun provinsi Sulawesi Utara.
Pengucapan syukur pada tahun 2022 ini dilihat sepertinya biasa-biasa saja tidak ada keramaian di setiap desa dan kelurahan bahkan rumah-rumah penduduk, yang biasanya di serbu para tamu dari luar daerah kabupaten Minahasa Selatan untuk mendapatkan Dodol dan Nasi jaha yang merupakan ciri khas Minsel tidak terlihat sama sekali.
Arus lalin lintas pun biasanya setiap pengucapan terlihat padat merayap bahkan sampai terjadi kemacetan di sepanjang jalan trans Sulawesi Utara mulai dari arah Minsela sampai keluar wilayah kabupaten Minsel, tapi terpantau sampai malam hari arus lalu lintas ramai lancar atau tidak ada kepadatan, walaupun Polres Minsel dalam hal Polantas siap siaga mengatur lalu lintas di jalan trans Sulawesi.
Juliana salah satu warga kelurahan Bunyungon mengatakan memang pengucapan syukur kali ini sangat berbeda, biasa kita laksanakan pada bulan Juli Minggu kedua, tapi ini dilaksakan bulan September, tentunya kita tidak lagi membuat pengucapan karena kita sudah persiapan hari Natal,
"Torang so nda babeking pengucapan taon ini, lantaran torang so persiapan mo menyambut Natal apa ley so ber-ber bagini, biasa kwa torang beking bulan Juli Kong kiapa ini bulan September,"Ucapnya dengan kata Manado yang Kental.
Lanjutnya momen Pengucapan di bulan Juli telah hilang di tahun ini, karena biasanya kita laksanakan di bulan Juli karena bersyukur akan berkat-berkat Tuhan di sepajang setahun dan ini sudah menjadi tradisi kami di Minahasa Selatan.
Hal senada juga di katakan Robi salah satu warga desa Tewasen bahwa pengucapan ini tidak seramai dengan tahun-tahun sebelumya karena dilaksakan secara bersama-sama seluruh masyarakat Sulawesi Utara, sudah pasti keluarga kami tidak biasa datang berkumpul bersama.
"Pengucapan taon ini nda seramai Deng tahun-tahun sebelumnya karena dibuat secara bersama se-sulut, so pasti nda baku pasiar Torang deng sudara-sudara bahkan bakumpul bersama,"Ujarnya.
Robi juga menambahkan agar supaya pemerintah dan gereja dapat mengkaji ulang soal pengucapan syukur ini, karena pengucapan syukur ini sudah menjadi Chiri khas atau tradisi di Minahasa Selatan yang biasanya di buat di bulan Juli Minggu kedua.(**76)